Arti Hidup

“Kehidupan yang tak teruji bukan kehidupan yang berharga bagi seseorang”, demikian Plato mengutip kata-kata dari Socrates di dalam bukunya Dialogues dan Apology. Sebenarnya jika seseorang menyelidiki kehidupan secara mendalam, ia akan menemukan bahwa yang dicari oleh jiwa adalah mengetahui makna hidup ini. Para saintis mencarinya di dalam dunia ilmu pengetahuan, para artis di dalam seninya, para filosof mencarinya di dalam filsafat. Apapun minat masing-masing orang tentu berbeda-beda, namun kecenderungan yang sebenarnya adalah sama, yaitu menemukan arti hidup itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa jiwa datang ke dunia ini adalah untuk tujuan ini, untuk menyadari dan memahami makna kehidupan ini.

Baik secara material maupun spiritual setiap jiwa sedang berjuang untuk tujuan ini dengan jalannya masing-masing.

Kita dapat melihat ini pada tingkah laku bayi. Keinginan bayi melihat sesuatu, menyobek-nyobeknya dan melihat ada apa di dalamnya, menunjukkan hasrat jiwa untuk melihat kehidupan, untuk memahami kehidupan. Tentu saja efek dan pengaruh kehidupan di muka bumi ini membuat manusia mabuk. Dan karena mabuk atau lupa diri inilah ia menjadi sedemikian hanyut dengan dirinya sendiri serta kepentingannya sendiri hingga ia tersesat dan lalai dengan watak pembawaannya sendiri. Sebenarnya hasrat manusia yang paling dalam bukan mencari makanan atau kenyamanan. Kecenderungannya yang paling dalam adalah mencari pemahaman atas kehidupan. Seorang anak akan terus-menerus bertanya kepada orang tuanya, ‘Apa ini? Apa itu? Apa maksudnya ini semua?’ Ini menunjukkan adanya keinginan yang terus-menerus untuk mengetahui makna kehidupan, sebuah keinginan yang terus berlaku sepanjang hidup.

Apakah hal ini memiliki pelajaran atau pengajaran kepada kita?

Tentu saja! Hal ini mengajarkan kita tentang suatu prinsip bahwa sumber dan tujuan alam semesta adalah satu dan sama, bahwa Pencipta menciptakan segalanya untuk mengenal ciptaan-Nya. Tetapi bagaimana sang Pencipta melihat dan memahami ciptaan-Nya? Tidak saja di dalam aspek yang paling tinggi dan paling dalam, tetapi juga melalui segala sesuatu, Tuhan sedang terus-menerus memperhatikan dan memahami ciptaan-Nya.

Maka bila ada yang bertanya, ‘Apakah seni itu? Apakah seni itu buatan manusia?’ Jawabannya adalah, ‘Ya, seni memang buatan manusia, tetapi juga buatan Tuhan melalui tangan manusia.’ Jika demikian bagaimana mekanisme yang telah dan sedang berlaku di alam semesta?

Sejatinya, alam ini bekerja, akan tetapi bekerja untuk tujuan apa?

Jawabnya : bekerja untuk memahami dirinya sendiri!

Lalu bagaimana mekanisme dunia itu sendiri? hidupkah ia ataukah mati? Sebenarnya, apa pun yang kita sebut hidup maka ia hidup, dan apa pun yang kita pikir ia mati juga sebenarnya tidak mati. Ia juga hidup!

Kita biasa mengatakan ini benda mati dan itu benda hidup! Padahal sebenarnya tidak ada satu pun benda yang mati, semuanya adalah makhluk hidup, hatta sebutir debu.
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews